Buletin Pemuda - Edisi 11

Bahwa kerja merupakan bagian integral dari tujuan ilahi bagi manusia, telah tersirat dalam perintah keempat. Tapi masuknya dosa mengubah kerja dari kegembiraan menjadi kejerihpayahan (Kej 3:16-19). Dengan demikian kerja menjadi beban ganti berkat, dan, sekalipun tidak jahat di dalam dirinya, kerja kehilangan nilainya yang sesungguhnya. Kerja telah menjadi kesempatan berbuat dosa; apabila kerja menjadi tujuan satu-satunya maka kerja itu sendiri menjadi berhala (Luk 12:16-22). Bagi beberapa orang kerja telah menjadi alat untuk menghisap dan menindas (Kel 1:11-14). Tapi dalam penyelamatan, kerja diubah lagi menjadi alat berkat. Sejak awal, Kekristenan menghukum kemalasan, termasuk kemalasan atas nama agama (1 Tim 5:13).
Tuhan Yesus yang bekerja sebagai tukang kayu (Mrk 6:3), telah menguduskan jerih payah yang lazim, dan Paulus memberikan teladan dalam hal pekerjaan yang jujur (Kis 18:3). Sebenarnya Paulus menetapkan hukum ekonomi sosial dalam pernyataannya di 2 Tes 3:10, "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Pada sisi lain, asas yang dinyatakan Tuhan Yesus tetap merupakan dasar masyarakat, "Pekerja patut mendapat upahnya" (Luk 10:7).
Dalam penghayatan anugerah, tugas-tugas manusia diberi nilai baru dan menjadi lebih berguna. Tugas-tugas dilaksanakan demi Nama itu. Kesungguhan iman seseorang pada akhirnya dibuktikan dengan kualitas pekerjaannya (Mat 16:27). Namun demikian diterimanya si pekerja adalah merupakan perbuatan anugerah (Ef 2:8-9).
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sehubungan dengan "kerja" (pekerjaan kadang-kadang dise

  1. Oleh pekerjaan-Nya-lah Yesus menyatakan diri-Nya adalah Mesias dan Anak Allah, seperti yang ditunjukkan dalam jawaban-Nya kepada Yohanes Pembaptis (Mat 11:2-5). Injil Yohanes merekam kegiatan Yesus yang begitu penting dengan tujuan menyatakan ke-Mesias-an dan ke-Allah-an-Nya (Yoh 20:30-31). Sering Yesus menunjuk pada pekerjaan-Nya sebagai bukti bahwa Dia diutus oleh Bapa (Yoh 5:36; 10:37,38). Justru karena pekerjaan-Nya adalah pekerjaan Allah, maka pekerjaan-Nya itu menjadi dasar yang mantap untuk iman kepada Dia sebagai yang unik bertalian dengan Bapa (Yoh 10:38; 14:10,11).
  2. Orang percaya melalui perbuatan baiknya memperlihatkan kegiatan ilahi dalam dirinya (Mat 5:16; Yoh 14:12). Sebaliknya, orang yang tidak memiliki iman melalui perbuatan jahatnya memperlihatkan bahwa ia terpisah dari Allah (Yoh 3:20; Kol 1:21). Karena itu, perbuatan baik merupakan bukti iman yang hidup, seperti ditekankan oleh Yakobus dalam perlawanannya terhadap mereka yang menganggap diri diselamatkan hanya dengan iman tanpa perbuatan (Yak 2:14-26). Yakobus selaras dengan Paulus, berulang kali menyatakan perlunya perbuatan, yakni tingkah laku yang sesuai dengan hidup baru di dalam Kristus, sebagai konsekuensi dari hal bahwa kita masuk ke dalamnya hanya dengan iman (Ef 2:8-10).

(sumber: Ensiklopedi Alkitab, A-L)

Komisi Pemuda GKI Bekasi Timur - kompagki@yahoo.com

Kembali ke Halaman Awal