Takut (9)


Kita akan mengakhiri pembicaraan mengenai ketakutan, dengan pertanyaan ini: bila obat penangkal utama bagi infeksi adalah antibiotik, apakah ada 'antibiotik' untuk menangkal ketakutan ? Menurut pengamatan saya, ada dua jawaban penting yang pernah ditawarkan kepada manusia modern. Yang pertama dikemukakan oleh seorang pemikir tenar, Walter Lippman. Sedang yang lain ditawarkan oleh sang pemimpin besar, siapa lagi kalau bukan, Mahatma Mohandas Gandhi.

Lippman berkata bahwa ketakutan akan teratasi, bila orang mampu 'mendidik' keinginan-keinginannya. Maksudnya, tidak berharap terlalu tinggi atau menginginkan terlalu banyak. Mau membatasi secara realistis wilayah pengharapannya, sehingga dengan begitu tidak perlu menghadapi medan pertempuran yang terlalu lebar. Jadi, resep pokoknya adalah: BATASI. Gandhi memberi usulan lain yang mirip. Mengikuti Bhagavad Gita ia berkata, bahwa manusia akan terbebas dari ketakutan, bila ia mampu mengatasi alias mengalahkan nafsu serta keinginannya. Sebab itu, ujar Gandhi, tidak cuma batasi, melainkan ATASI.

Apakah Injil punya resep lain ? Ya ! Yohanes, misalnya, menulis: "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1 Yohanes 4:18). Firman Tuhan tidak cuma mengatakan "BATASI" atau "ATASI", tetapi "GANTI" ! Cabutlah ketakutan itu keluar, dan gantikan tempatnya dengan kasih. Persempitlah wilayah ketakutan, dengan memperluas wilayah kasih.

Namun sebelum wilayah kekuasaan itu diperluas, ia mesti dipersempit terlebih dahulu. Sedemikian rupa, sehingga ia cuma terfokus kepada satu saja, yaitu kepada Allah. Dan yakinlah, ketika kasih menyala, ia akan melelehkan semua ketakutan kita, serta mengutuhkan kembali jiwa kita. Ketakutan tidak pernah bertahan menghadapi api kasih. Sebab kasih tidak menginginkan apapun, maka ia tidak menakuti apapun. Kasih cuma merindukan Allah, oleh sebab itu ia tidak takluk dan sujud kepada apapun yang lain. Kita dapat mengucapkan: Selamat tinggal ketakutan ! Dan berbicara mengenai pokok lain, mulai minggu depan. (ED).