Menguasai Amarah


Doktor Ligon, seorang teolog dan psikolog sekaligus, dalam salah satu bukunya, Psychology of The Christian Personality, menulis antara lain, "Bila seorang psikolog diminta untuk menyebutkan dua dosa utama dari sudut pandang mereka, maka kemungkinan besar mereka akan menyebutkan ketakutan dan amarah sebagai bianya dosa.  Dua hal ini menjadi akar dari sebagian terbesar ketidakbahagiaan manusia. Tidak mungkin menjadi bagian dari sebuah kehidupan pribadi yang sehat".

Kita telah membahas masalah ketakutan secara panjang lebar. Kini kita membahas berbagai segi yang menyangkut amarah. Saya ingin mulai dengan menegaskan bahwa tidak semua amarah itu jahat. Ada amarah yang sehat dan bermanfaat. Amarah jenis ini amat penting perannya dalam menggerakkan manusia melawan kejahatan.  Nietzsche benar ketika ia mengatakan bahwa,"Kebajikan tidak ada gunanya kecuali apabila ia bisa diluapkan keluar dalam bentuk amarah" Tentu saja amarah melawan semua yang tidak bajik. 

Yesus pernah "berdukacita karena kedegilan orang-orang Farisi, dan dengan marah Ia memandang kepada mereka" (Markus 3:5). Yang perlu Anda perhatikan di sini adalah, bagaimana pada Yesus 'amarah' itu berpadu dengan 'dukacita'. Dengan kesedihan yang mendalam. Dengan kepahitan yang menyakitkan.Disinilah kita secara sederhana dapat membedakan antara amarah yang dapat dibenarkan dan yang dapat menjerumuskan 

Amarah yang lahir oleh karena kepedihan moral adalah amarah yang positif. Sebaliknya amarah yang muncul oleh karena panas hati, iri hati dan kebencian pribadi, adalah amarah yang  destruktif. Mengenai amarah jenis kedua inilah, pemazmur memberi peringatan, "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada
kejahatan" (Mazmur 37:8). 

Paulus berpesan,"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa, dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis" (Efesus 4:26-27). Marah oke, tapi jangan berdosa. Bagaimana mungkin ? Cuma ada satu jalan. Kita dapat marah tanpa berbuat dosa, ketika kita hanya marah terhadap dosa. Termasuk dosa kita sendiri. (ED).