Menguasai Amarah |
Yesus pernah "berdukacita karena kedegilan orang-orang Farisi, dan dengan marah Ia memandang kepada mereka" (Markus 3:5). Yang perlu Anda perhatikan di sini adalah, bagaimana pada Yesus 'amarah' itu berpadu dengan 'dukacita'. Dengan kesedihan yang mendalam. Dengan kepahitan yang menyakitkan.Disinilah kita secara sederhana dapat membedakan antara amarah yang dapat dibenarkan dan yang dapat menjerumuskan Amarah yang lahir oleh karena kepedihan moral adalah amarah yang positif. Sebaliknya amarah yang muncul oleh karena panas
hati, iri hati dan kebencian pribadi, adalah amarah yang destruktif. Mengenai amarah jenis kedua
inilah, pemazmur memberi peringatan, "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada Paulus berpesan,"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa, dan janganlah beri kesempatan kepada
Iblis" (Efesus 4:26-27). Marah oke, tapi jangan berdosa. Bagaimana mungkin ? Cuma ada satu jalan. Kita dapat marah tanpa
berbuat dosa, ketika kita hanya marah terhadap dosa. Termasuk dosa kita sendiri. (ED). |