Apakah Orang Kristen Dikecualikan ?

Sakit dan penderitaan adalah nasib yang melilit semua orang. Setiap orang disekitari oleh alam, oleh sesamanya, dan oleh kedagingannya. Dan semua ini berpotensi menjadi jalan, melalui mana sakit dan penderitaan datang menjumpai manusia. Orang Kristen tak terkecuali.

Seorang pemuda kecewa berat sebab tidak lulus dalam ujian. Ia berkata, "Aku betul-betul tidak bisa mengerti. Sebelum ujian, aku berdoa dengan tekun. Aku pun hidup saleh. Tapi mengapa aku sampai bisa tidak lulus ujian ? Imanku kepada Tuhan betul-betul hilang !" Pemuda itu beranggapan bahwa iman menjaminnya lulus ujian. Karena itu, kegagalannya lulus ujian dipandang sebagai kegagalan iman. Tuhan yang diimaninya gagal membuatnya lulus. Wah, wah, wah. Mari kita bayangkan apa jadinya, sekiranya saja jalan pikiran anak muda ini benar. Kelas-kelas akan kosong karena semua siswanya cuma sibuk berdoa, plus (mungkin) berPA dan berPI. Anda tahu apa akibat semua ini ? Bila manusia cuma rajin berdoa, tapi berhenti menimba ilmu, maka berhenti dan hancurlah seluruh peradaban manusia.

Juga orang Kristen bisa gagal. Rasa sakit dan penderitaan batin karena kegagalan, adalah metode Allah menempa manusia agar mentalnya selalu siaga dan semakin kuat. Orang yang tidak pernah mengalami sakitnya kegagalan, cendetung menjadi manja dan lembek. Tidak tahan tantangan dan bantingan. Metode pendidikan yang keras, memang, tapi juga efektif.
"Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak" (Ibrani 12:6). Jadi, betul-betulkah orang Kristen tidak dikecualikan oleh Allah ? Jawab saya adalah YA, bila itu menyangkut sakit dan penderitaan yang datang dari luar. Misalnya dari alam, dari sesama, atau dari kedagingan serta kefanaanya. Namun demikian, Allah mengecualikan orang beriman dari sakit dan penderitaan yang timbul dari dalam. Sebab di dalam Kristus, ia telah diperdamaikan dengan Allah, dengan sesama, dan dengan dirinya sendiri. Tubuhnya bisa sakit, tapi tak mungkin merana di dalam jiwa. (ED).