Terang di kegelapan yang paling pekat

 

Yohanes mengisahkan, bahwa Yesus memperkenalkan diri sebagai "Terang dunia" pada dua kesempatan yang berbeda. Kesempatan pertama terjadi di salah satu sudut kawasan Bait Allah, yaitu di dekat tempat perbendaharaan, di wilayah di mana perempuan diperbolehkan masuk (Yohanes 8:12,20). "Bait Allah" melambangkan sektor "MORAL/SPIRITUAL". "Tempat Perbendaharaan" melambangkan sektor "EKONOMI". Sedangkan "perempuan" merepresentasikan sektor di mana "HAM" paling banyak  dilanggar.

Yesus menegaskan bahwa Ia adalah "Terang Dunia" di tiga wilayah tergelap dalam kehidupan manusia. Yaitu ketika "agama" yang semestasinya berfungsi sebagai pembawa sejahtera bagi jiwa, dalam kenyataan justru memperhamba dan
membelenggunya. Menebar benci, menanam dengki, menumpahkan darah. Ketika "ekonomi" yang semestinya bertanggung jawab atas kesejahteraan material
manusia, di mana sumber-sumber kehidupan terdistribusi dengan adil dan merata. Kenyataannya ? Dunia ini justru menyebar kesenjangan dan ketidakadilan, merangsang kerakusan dan ketamakan. Lalu akhirnya, kelompok-kelompok marjinal itu, seperti perempuan, anak-anak, buruh, tani, nelayan, dan para jelata, sampai kapan mereka mesti menanti terang menyinari kegelapan hidup mereka ?

Kesempatan kedua, di mana Yesus memperkenalkan diri sebagai Terang Dunia adalah, ketika Ia berhadapan dengan orang yang buta sejak lahirnya (Yohanes 9:1-7). Orang ini mewakili semua orang yang telah begitu terbiasa menderita, sehingga orang lain dapat bersaksi tentang mereka. "Ia telah dewasa, tanyakanlah sendiri" (Yohanes 9:23). Tak lagi bungkam. Tak perlu siapa-siapa lagi untuk menyuarakan
suara mereka.

Tapi baik kita ingat, bahwa Yesus tidak hanya mengatakan bahwa Dia-lah Terang Dunia. Dengan tak kurang tegas dan jelasnya, Ia juga mengatakan, bahwa KITA - Anda dan saya - adalah terang dunia pula (Matius 5:14). Itu berarti kita harus 
meneruskan apa yang telah Ia kerjakan: mendatangkan terang di relung-relung kehidupan insani yang paling pekat. Membawa kelegaan di pusat-pusat penderitaan manusia yang paling dalam.