Rangkuman Sementara 2

 

Sebuah lengking jeritan panjang, meyayat menembus langit, "Duh Gusti, pujaan hati ! Pangeran mulia, sandaran jiwa ! Sudi apalah Dikau berkenan mendengar keluh kesah hamba ! Sebab sakitnya ini, Gusti, sakitnya ! Hamba nyaris tak tahan lagi !

O, tolong lenyapkan, 'duh Gusti, singkirkan perih luka tubuh dan pedih yang menindih hati. Bila boleh dari seluruh muka bumi ! Sebab bukankah jauh lebih baik, bila semua mulut mengucap puja melantun puji mensyukuri kebaikan-Mu ?

O, tolong lenyapkan, duh Gusti, lenyapkan tanpa batas dan tanpa bekas semua bayang-bayang kelam yang menggelantung di kehidupan ! Sebab bukankah jauh lebih baik, bila semua mata bisa lebih jelas menatap pesona keindahan karya-Mu serta keagungan rencana-Mu ?

O, tolong turunkan, 'duh Gusti, pindahkan seluruh beban dari bahu anak-anak-Mu! Kulit pundak mereka telah mengelupas, dan langkah mereka penat, letih, tertatih-tatih. Padahal bukankah Engkau lebih suka mereka melompat dan menari memuliakan-Mu ?"

Lalu bersama badai, bersama guruh, bersama api, jawabnya ini, " Pedihmu, anak-Ku adalah luka hati-Ku. Gelapmu adalah kerut kening-Ku. Bebanmu, adalah letih sukma-Ku. Dan airmatamu, anak-Ku, adalah sayatan daging-Ku; tetesan darah-Ku.

Tapi mestikah Aku menyingkirkan semuanya, agar cuma terang dan sorak riang semata ada di hidup kalian ? Dan bersama itu, 'kan lenyap pula ketegaran hati dan keteguhan jiwa ketika mesti bertahan ? Sirna pula kesempatan tunggal 'tuk meniti jalan perjuangan ke arah kemenangan; jalan pengorbanan yang berujung kehidupan: JALAN TUHAN ? Bagaimana mungkin Aku jadikan kalian prajurit-prajurit tangguh, sementara kalian tak mau sedikit pun mengeluh serta enggan berpeluh ?

Bukankah firman ini telah ada padamu, yaitu : "Jika kalian mati dengan Dia, kalian akan hidup dengan Dia; (dan) jika kalian akan ikut memerintah dengan Dia ?" (II  Timotius 2:11-12). Kalian mengingatnya, bukan ?" (ED)