Waktu Jeda yang Paling Berbuah-buah : DOA

Setelah membicarakan jeda yang paling mengerikan, kini kita akan membahas jeda yang paling membawa berkat : DOA. Betapa banyak musik tergubah selama waktu jeda itu ! Tapi sayang, tidak banyak yang menyadarinya. "Doa adalah sesuatu yang paling banyak dibicarakan, tapi paling sedikit dimanfaatkan". Padahal, begitu kesaksian pemazmur, "Aku berseru kepada Allah, dan Tuhan menyelamatkan aku. Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis : dan Ia mendengar suaraku" (Mazmur 55 : 17-18). Yesus pun berpesan, agar kita "Selalu harus berdoa dengan tidak jemu-jemu " (lukas 18:1).

Yang saya maksudkan dengan manfaat, bukanlah sekedar manfaat instan setelah seseorang melakukan semedi atau meditasi. Lebih dari itu ! Melalui doa, roh kita berada dalam jalinan kontak pribadi yang akrab dengan Roh Allah. Begitu rupa, sehingga kita -- walau terbatas -- dapat menyelami jalan pikiran Allah, menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak-Nya, dan dengan begitu kita mengalami peningkatan, pencerahan dan penguatan.

Apa sebenarnya yang terjadi di dalam doa ? Bagaimana kita tahu Allah menjawab doa-doa kita ? Bosworth menulis, "Kita dapat memahami bagaimana doa itu bisa terjawab, sekiranya kita percaya bahwa Allah bisa menaruh pikiran-Nya ke dalam hati kita ". Sebab "pikiran Allah" ada dalam "hati kita", kita dapat "menangkap" pikiran Allah.

Mungkinkah Allah menaruh pikiran-Nya dalam hati kita ? Jawab saya : bukan cuma pikiran-Nya ! Yang Ia taruh dan pertaruhkan dalam hati kita adalah seluruh diri-Nya. Seluruh cinta kasih-Nya. Dengan begitu, yang terjadi dalam doa adalah : Hidup Allah mengalir ke hidup kita. Kehendak-Nya mengaliri kehendak kita. Cinta-Nya mengairi conta kita. Itulah artinya doa. Frekuensi gelombang kita disetel begitu rupa, sehingga bisa menangkap gelombang-Nya.

Orang yang berseru kepada-Nya dengan hati yang hancur dan lutut yang terluka, akan bangkit berdiri lebih teguh, lebih kuat dan lebih hidup. Karena kekuatan-Nya mengaliri kekuatan kita, dan kata-kata penghiburan-Nya membalut luka batin kita. Dan dengan yakin kita dapat berkata, "Aku telah bertemu dengan Allah" (ED).